Cerita Kuliah di Gizi UGM: Intro

Tujuan saya menulis cerita kuliah di prodi gizi ini tidak lain untuk menyimpan kenangan. Selain itu semoga cerita pengalaman ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin tahu lebih banyak tentang jurusan gizi, khususnya di Universitas Gadjah Mada.

Rencananya akan ada banyak seri untuk cerita kuliah di gizi ini. Empat tahun waktu kuliah melibatkan banyak cerita yang ingin saya bagikan. Nah, kalau ada pertanyaan seputar prodi gizi silakan tulis di kolom komentar ya, mudah-mudahan bisa saya jawab.

Terlebih dahulu, perkenalkan, saya seorang alumni prodi S1 Gizi Kesehatan UGM yang masih menunggu jadwal pengambilan ijazah di hari (yang rencananya menjadi hari) wisuda.

Periode ini, Agustus 2020 UGM tidak menyelenggarakan wisuda sebab pandemi Covid-19 yang mengacaukan rencana manusia di bumi. Tapi namanya juga manusia, wajar kalau rencananya bisa gagal dan kacau.

Oke, kembali ke topik…

Ketika bicara tentang prodi atau jurusan (saya lebih suka menyebut prodi) gizi, saya yakin sudah banyak yang tahu. Berbeda dengan enam atau sepuluh tahun lalu. Mungkin banyak orang mengernyitkan kening mendengar jurusan gizi.

Berdasarkan cerita dari bapak ibu dosen, dulu prodi gizi di UGM berjenjang diploma. Sampai pada tahun 2003 UGM membuka prodi gizi jenjang sarjana (S1). Kalau dihitung-hitung saya termasuk angkatan prodi gizi yang ke-14, karena masuk tahun 2016.

Program studi S1 Gizi Kesehatan (yang selanjutnya akan saya sebut prodi gizi atau jurusan gizi atau gizi saja supaya lebih singkat) UGM berada di Fakultas Kedokteran yang sekarang namanya sudah berganti jadi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan yang disingkat FK-KMK.

FK-KMK UGM terletak di seberang jalan timur RSUP Dr. Sardjito. Kalau dari pembagian daerah teritorial UGM ada di blok barat (barat Jalan Kaliurang), lebih tepatnya di sebelah barat Fakultas Farmasi, sebelah utara Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan sebelah selatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).

Cara Masuk ke Gizi UGM

Kalau sekadar lewat gampang sekali. Bisa lihat di Google Maps jalan menuju FK-KMK UGM. Setelah itu tanyakan pada bapak PK4L (Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan, baca: satpam UGM) yang bertugas di gerbang masuk, “Pak saya mau ke gizi, lewat mana ya?” Pasti akan diarahkan jalan menuju gizi UGM.

Kalau masuk untuk jadi mahasiswa gizi, setahu saya ada empat jalur: SNMPTN, SBMPTN, ujian mandiri, dan jalur prestasi. Tapi itu sudah lebih dari empat tahun lalu. Untuk info lebih lanjut bisa langsung ke laman resmi https://um.ugm.ac.id/. Kalau saya dulu masuk via jalur ujian mandiri.

Alasan Kuliah di Prodi Gizi

Alasan saya sederhana saja sebenarnya, karena saya ingin kuliah di fakultas kedokteran. Karena merasa tidak mampu di prodi kedokteran dan tidak mendapat izin mengambil prodi keperawatan, jadilah saya pilih prodi gizi. Katanya sih dulu mahasiswa (dan lulusan) gizi itu sosok yang idaman sekali.

Prospek Karir Prodi Gizi

Dulunya saya pikir prospek karir mahasiswa gizi itu cuma di rumah sakit dan puskesmas. Ternyata tidak sebatas itu. Lalu hendak jadi apa setelah lulus kuliah gizi?

Sebuah pertanyaan yang cukup sering orang lain dan saya tanyakan pada diri saya sendiri akhir-akhir ini sebagai fresh-graduate jurusan gizi.

Sebenarnya bisa jadi apa aja sih lulusan gizi itu?

Dulu sekali, ketika melihat hasil pengumuman hasil ujian masuk perguruan tinggi dan melihat prodi gizi yang terlintas dalam pikiran saya, “Semoga besok bisa kerja di rumah sakit X kalau enggak ya di puskesmas Y yang dekat rumah.” Tapi ternyata, perjalan kuliah saya selama empat tahun memberikan banyak gambaran baru tentang profil seorang lulusan gizi, tidak hanya terbatas pada dietitian atau nutritionist saja.

Pebisnis

Pertama, lulusan gizi bisa jadi business-man/woman di bidang penyelenggaraan makanan. Bahasa kerennya: nutripreneur. Kami di prodi gizi mendapatkan mata kuliah wajib mulai dari manajemen dasar, sistem manajemen penyelenggaraan makan, keamanan pangan, hingga kewirausahaan gizi.

Jadi kalau mau buka usaha yang berkaitan dengan makanan dan minuman ya sudah pernah mendapat ilmunya. Tinggal berani mengambil langkah untuk ke sana atau tidak.

Konsultan

Kedua, lulusan gizi bisa jadi konsultan. Ini konsultan untuk program yang berkaitan dengan gizi di masyarakat, jadi bukan untuk merencanakan pembangunan rumah apalagi rumah tangga dengan doi, lho ya!

Selain mata kuliah tentang gizi dan penyakit (disebut gizi klinik) kami juga mendapat mata kuliah tentang manajemen program gizi dan implementasi program gizi.

Hal tersebut meliputi cara membuat program untuk masyarakat mulai dari asesmen masalah, membuat perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, hingga cara untuk memastikan keberlangsungan program alias sustainability-nya.

Bukan sekadar konsultan program saja, mau jadi project implementor bisa, mau ambil di bagian monitoring dan evaluasi program juga bisa. Baik di lingkup pemerintahan ataupun di lembaga non-pemerintah.

Kompleksnya permasalah gizi di masyarakat menuntut peran serta dari berbagai pihak, menjadi peluang karir bagi lulusan prodi gizi.

Ahli Gizi Atlet

Ketiga, menjadi ahli gizi atlet. Ternyata atlet juga perlu ahli gizi lho untuk membantu mengatur dan memonitor asupan makan supaya peformanya jadi lebih baik lagi. Masih ada banyak peluang untuk ahli gizi atlet di Indonesia.

Industri

Keempat, seorang sarjana gizi bisa juga bekerja di industri makanan, misalnya di bagian quality control, bagian research and development, atau bisa juga di bidang lain seperti marketing. Ada juga beberapa perusahaan yang menerima lulusan gizi sebagai management trainee.

Ahli Gizi Keluarga

Kelima, jadi ahli gizi untuk keluarga. Jangan salah, ini justru yang paling utama. Kebutuhan gizi orang lain saja diperhatikan, apalagi kebutuhan gizi keluarga sendiri. 😀

Oke, sementara cukup sekian untuk intro seri cerita kuliah di prodi gizi kali ini. Tunggu episode selanjutnya ya.

Stay tuned!

Selanjutnya…

Jangan lewatkan tulisan baru 🔥

3 pemikiran pada “Cerita Kuliah di Gizi UGM: Intro”

    • Halo kak, untuk UKT ditentukan berdasarkan penghasilan orang tua ya kak. Kalau saya dulu ada 6 tingkat UKT. UKT 1 Rp500.000 sampai UKT 6 Rp10.500.000, tapi sepertinya sekarang sudah berubah bisa cek di website UGM yaa kak

      Balas

Tinggalkan komentar